Sejarah Hidup Muhammad

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

Characters: 10639
Lines: 207
Words: 1375
Sentences: 181
Paragraphs: 149
 
                    PENGANTAR CETAKAN KEDUA            (6/9)

PERTIMBANGAN MEREKA YANG AKTIF DALAM SOAL-SOAL ISLAM
 
Baiklah sekarang saya pindah kebahagian lain dalam  tinjauan
ini.  Sesudah  cetakan  pertama  buku  ini  terbit, beberapa
kalangan Islam yang aktif dalam  bidang  pengetahuan  agama,
memberikan pula pendapatnya.
 
Menurut  hemat saya kecaman-kecaman rendah semacam ini, yang
tak dapat diterima oleh ilmu pengetahuan, hendaknya tidakkan
berulang  lagi.  Terhadap  kaum  Orientalis barangkali masih
dapat dimaafkan, terutama atas tindakan mereka yang  sebelum
itu  memang  sangat  berlebih-lebihan.  Mereka merasa, bahwa
mereka  menulis  buat  orang-orang  Kristen  Eropa.   Dengan
demikian pada waktu itu mereka telah menjalankan suatu tugas
nasional atau tugas agama. Mereka  didorong  oleh  keyakinan
mereka,  dengan  memperkosa  ilmu  pengetahuan  sebagai alat
dalam melaksanakan tugasnya itu.
 
Tetapi sekarang, dengan adanya komunikasi via  telegram  dan
radio,  via  pers  dan mass media lainnya ke seluruh penjuru
dunia, segala apa yang diterbitkan atau diucapkan  orang  di
Eropa  atau  di  Amerika sudah dapat ditangkap hari itu atau
saat itu juga di negeri-negeri lain di  Timur.  Mereka  yang
ingin   memperoleh  pengetahuan  dan  kenyataan  sebenarnya,
seharusnya  segala  kabut   nasional,   rasial   dan   agama
disingkirkan  dari  depan  mata  dan dari dalam hati mereka.
Mereka hendaknya dapat memperkirakan bahwa apa  yang  mereka
katakan  atau  mereka  tulis, akan secepatnya diketahui oleh
semua orang. Di segenap penjuru bumi orang  akan  mengujinya
dan  menerima  dengan  sikap kritis. Biarlah, kebenaran yang
sebenarnya  tidak  terikat  oleh  apapun  itulah  yang  akan
menjadi  pedoman  kita  semua.  Kita arahkan semua perhatian
kita pada suatu ikatan masa  lampau  dan  masa  datang  umat
manusia, bahwa itu adalah suatu kesatuan keluarga besar yang
mengarah kepada pelaksanaan tujuan yang lebih  tinggi,  yang
dinanti-nantikan  oleh  segenap manusia sejak pertumbuhannya
yang pertama; suatu  ikatan  persaudaraan  yang  merdeka  di
bawah  naungan  kebenaran dan keindahan. Inilah satu-satunya
ikatan yang akan menjamin tercapainya  tujuan  umat  manusia
dalam   peredaran  sejarahnya  yang  begitu  pesat  ke  arah
kebahagiaan dan kesempurnaan itu.
 
Sementara ada orang-orang yang begitu percaya pada apa  yang
dilontarkan oleh kaum Orientalis secara berlebih-lebihan itu
menyalahkan kami, karena kami  katanya  begitu  terikat  dan
berpegang  pada  sumber-sumber  berbahasa  Arab, maka mereka
yang  aktif  dalam  bidang  pengetahuan  agama  Islam   juga
menyalahkan kami, karena kami katanya terlalu berpegang pada
pendapat-pendapat kaum Orientalis; bahwa kami katanya  tidak
memperhatikan  segala  yang diceritakan oleh buku-buku hadis
bertalian dengan sejarah hidup Nabi  dan  bahwa  kami  tidak
memakai  cara  seperti yang ada dalam buku-buku sejarah lama
itu.
 
Atas  dasar   ini   sebagian   mereka   telah   mengemukakan
pendapat-pendapat,  yang  kebanyakannya  disampaikan  dengan
cara yang lemah-lembut dan baik sekali dengan tujuan  hendak
mencari  kebenaran.  Sebagian lagi, karena keras kepala atau
bodoh, tidak mau mengalah kepada yang lebih  berpengetahuan.
Adapun  mereka  yang  memberikan kritik dengan lemah-lembut,
kebanyakan dititik beratkan pada, bahwa apa yang diterangkan
dalam    buku-buku    sejarah   dan   Hadis   Nabi   tentang
mujizat-mujizat,  tidak  ada  kami  sebutkan.  Bahkan   kami
sebutkan   pada  penutup  cetakan  pertama:  "Sejarah  hidup
Muhammad adalah sejarah hidup manusia yang telah  sampai  ke
puncak  tertinggi  yang pernah dicapai seorang manusia. Pada
waktu itu Muhammad s.a.w. suka  hati  karena  kaum  Muslimin
menghargainya  sebagai  manusia  biasa seperti mereka, hanya
diberi   wahyu.   Ia   tidak   suka    apabila    ia    akan
dihubung-hubungkan kepada sesuatu mujizat selain Qur'an. Hal
ini dinyatakannya kepada para sahabat." Pada bahagian cerita
membelah dada ada kita katakan:
 
"Dengan  demikian  apa yang diminta oleh kaum Orientalis dan
pemikir-pemikir Muslim dalam hal ini ialah bahwa peri  hidup
Muhammad  sifatnya  adalah  manusia semata-mata dan bersifat
peri  kemanusiaan   yang   luhur.   Dan   untuk   memperkuat
kenabiannya  itu  memang  tidak perlu harus bersandar kepada
hal-hal yang biasa  dilakukan  oleh  orang-orang  yang  suka
kepada  yang  ajaib-ajaib.  Dengan demikian mereka beralasan
sekali  menolak  tanggapan  penulis-penulis  Arab  dan  kaum
Muslimin  tentang peri hidup Nabi yang tidak masuk akal itu.
Mereka berpendapat, bahwa apa  yang  telah  dikemukakan  itu
tidak  sejalan dengan yang diminta oleh Qur'an, yakni supaya
merenungkan ciptaan Tuhan,  dan  bahwa  undang-undang  Tuhan
takkan  ada  yang  berubah-ubah.  Jadi  tidak  sesuai dengan
ekspresi  Qur'an  tentang  kaum  musyrik  yang   tidak   mau
mendalami dan tidak mau mengeti juga."
 
Mereka yang mengkeritik saya dengan cara lemah-lembut itu di
antaranya ada juga yang menyalahkan, karena  saya  mengambil
kecaman-kecaman  kaum  Orientalis  terhadap Nabi itu sebagai
pengantar untuk menyanggah mereka, sedang bunyi kecaman  itu
menurut  hemat  mereka  tidak  sesuai dengan penghargaan dan
penghormatan yang harus  mereka  berikan  kepada  Nabi  a.s.
Adapun mereka yang cuma memaki-maki sudah memang ada sebelum
cetakan pertama buku ini terbit, dan sebelum pembahasan  ini
dikumpulkan menjadi buku.

SELAWAT KEPADA NABI
 
Dalam  menyalahkan  saya  yang  paling  keras mereka lakukan
ialah karena pembahasan saya ini  saya  beri  judul  Sejarah
Hidup  Muhammad  tanpa  saya  berikutkan  ucapan  sallallahu
'alaihi wasallama (s.a.w.), ucapan Salam dan Selawat  kepada
Rasulullah,  sekalipun  sambil  tulisan  ini  berjalan sudah
beberapa kali saya sebutkan. Saya rasa mereka baru reda dari
memaki-maki  itu  sesudah  pada  judul  cetakan pertama saya
hiasi  dengan  ayat  Qur'an:  "Allah   dan   para   malaikat
memberikan   rahmat   kepada   Nabi.   Orang-orang  beriman,
berikanlah selawat dan salam kepadanya"   (Qur'an,  33:  56)
dan  sesudah buku ini mengemukakan sejarah hidup Nabi dengan
metoda seperti apa adanya sekarang.
 
Akan tetapi mereka masih bersikeras  juga  dengan  pendirian
mereka  itu.  Dengan  begitu,  dengan sikap keras kepala dan
kebodohan mereka tentang esensi Islam itu menunjukkan, bahwa
mereka  sudah  cukup  merasa puas hanya dengan ikut saja apa
yang mereka terima dari nenek-moyang dahulu kala.
 
Baik kita mulai sekarang dengan  menyanggah  pandangan  yang
salah  ini dengan harapan tidak akan terulang lagi dilakukan
orang, baik oleh pihak bersangkutan di atas atau oleh  pihak
lain  dalam  menanggapi  buku apapun yang terbit. Kita mulai
sanggahan  ini  dengan   kembali   kepada   buku-buku   kaum
cendekiawan  Islam  terkemuka supaya orang mengetahui sampai
di mana taraf ketinggian Islam itu,  yang  sebenarnya  tidak
terbatas  hanya  pada  kata-kata saja, melainkan sudah dapat
menempatkan nilai hadis: "Bahwasanya agama ini kukuh sekali.
Tanamkanlah   dalam-dalam  dengan  lemah-lembut.  Sebenarnya
orang yang terputus dalam perjalanan takkan mencapai tujuan,
binatang  bebanpun  binasa."  Dalam  Kulliat-nya Abu'l-Baqa'
menerangkan,  bahwa  "penulisan  ash-shalat  (s.a.w.)  dalam
buku-buku  dahulu  terjadi pada masa kekuasaan Abbasia. Oleh
karena itu, yang ada dalam kitab-kitab Bukhari dan yang lain
tidak mempergunakan kata-kata itu." Para Imam sebagian besar
sepakat,  bahwa  Selawat  kepada  Nabi  cukup  sekali   saja
diucapkan  orang  selama hidupnya. Ibn Najm dalam Al-Bahru'r
Ra'iq menyebutkan: "Perintah  dalam  firman  Tuhan  'ucapkan
selawat  dan  salam  kepadanya'  kewajibannya berlaku sekali
saja selama hidup, baik dalam sembahyang atau di  luar  itu.
Tentang ini tak ada perselisihan pendapat."
 
Adanya  perbedaan  pendapat  antara  Syafi'i  dan  yang lain
tentang kewajiban mengucapkan selawat kepada  Nabi,  berlaku
selama  dalam  sembahyang,  bukan di luar itu. Selawat ialah
doa, artinya mudah-mudahan Allah memberi  rahmat  dan  salam
kepada Nabi."
 
Demikian  sumber  para  Imam  dan  ulama  Islam  menyebutkan
mengenai  masalah  ini.  Adanya  dugaan  bahwa   mengucapkan
selawat  kepada  Nabi pada setiap menyebutkan dan menuliskan
namanya merupakan suatu keharusan menunjukkan,  bahwa  dalam
hal ini mereka bersikap sangat berlebih-lebihan. Akibat dari
kesalahan mereka itu, maka  mereka  yang  mengikutinya  akan
salah  pula  jika  mereka  mengetahui  apa  yang  sudah kita
sebutkan tadi. Ahli-ahli hadis  terkemuka  tidak  menuliskan
kata-kata   selawat   itu   dalam  kitab-kitab  mereka  yang
mula-mula.

MENANGKIS KECAMAN
 
Mereka yang berpendapat bahwa tidak  selayaknya  menyebutkan
kecaman-kecaman  kaum Orientalis dan misi penginjil terhadap
Nabi yang mulia ini  sebagai  pendahuluan  untuk  menyanggah
mereka,  pendapat ini tidak punya dasar selain dan pada rasa
sentimen keislaman yang mereka agung-agungkan.  Sedang  dari
segi  ilmu dan agama, dasarnya tidak ada. Apa yang dikatakan
kaum  musyrik  tentang  Nabi,  Qur'an  menyebutkannya,  lalu
menyanggahnya  dengan  argumen yang kuat. Jadi, moral Qur'an
adalah moral yang lebih sesuai  dan  tinggi  adanya.  Qur'an
menyebutkan tuduhan Quraisy terhadap Muhammad sebagai tukang
sihir  dan  gila:  "Kami  mengetahui  benar,  bahwa   mereka
berkata:  'Hanyalah  seorang  manusia  yang mengajarkannya.'
Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan itu adalah  bahasa
asing,  sedang  ini  adalah  bahasa  Arab yang jelas sekali"
(Qur'an 16: 103). Hal semacam ini sering sekali ter]adi.
 
Selanjutnya alasan  tuduhan  mereka  itu  tidak  akan  dapat
ditangkis  secara ilmiah, kalau tidak disebutkan dan dicatat
secara jujur  dan  teliti.  Dengan  buku  ini  saya  mencoba
mengemukakan pembahasan ilmiah guna mencari kenyataan ilmiah
semata. Juga saya maksudkan supaya  dibaca  baik  oleh  kaum
Muslimin atau bukan.
 
Hendaknya  mereka  semua  dapat diyakinkan tentang kenyataan
ilmiah  ini.   Hal   ini   baru   akan   tercapai   bilamana
pembahasannya   benar-benar  bersih  dalam  kecenderungannya
mencari kebenaran itu, tidak terikat oleh apapun selain oleh
kecenderungan  tersebut,  dan  tidak pula ragu-ragu mengakui
kebenaran itu dan manapun datangnya.
 
 
                                    (bersambung ke bagian 7)
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
 
Seri PUSTAKA ISLAM No.1

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team